malam ini tak ada puisi
karna hatiku lagi tak mau bersyair
nada nada hilang entah kemana
iramaku sumbang seiring tembang wanita setengah baya
yang teriisak di sudut malam
kini aku hanya mampu mereka ulang kisah
dari halamaan halaman buram yang termakan rayap
yang tersisa penggalan aksara yang kehilangan makna
sementara malam kian pekat kelam dan larut
dan kesunyian makin meraja
Jumat, 05 Juli 2013
SEBELUM MALAM BERAKHIR
Musim telah berubah dan terus berubah
Tapi musim duka dihatiku masih saja tetap
Semusim masa terlewat siasia
Sewindu rindu terbengkalai di dalam mimpi
Terlupa tercampak dimana
Semilir angin yang berhembus menerpa ragaku
Hanya mampu meniup setetes airmata yang jatuh pelan
Kabut yang menutupi relung hatiku masih saja tebal
Tak tersibak sedikitpun
Kepadamu..
Aku menanyakan janji janji yang dulu terucap
Diantara tawa dan tangis bahagiaku
Kemana kau titipkan
Atau kelembah mana kau membuangnya
Aku ingin kau menjawabnya
Sebelum malam berakhir
Tapi musim duka dihatiku masih saja tetap
Semusim masa terlewat siasia
Sewindu rindu terbengkalai di dalam mimpi
Terlupa tercampak dimana
Semilir angin yang berhembus menerpa ragaku
Hanya mampu meniup setetes airmata yang jatuh pelan
Kabut yang menutupi relung hatiku masih saja tebal
Tak tersibak sedikitpun
Kepadamu..
Aku menanyakan janji janji yang dulu terucap
Diantara tawa dan tangis bahagiaku
Kemana kau titipkan
Atau kelembah mana kau membuangnya
Aku ingin kau menjawabnya
Sebelum malam berakhir
JINGGA
jingga menyapa manja
membelai wajah dengan rona
tersenyum mesra memandang jelata
bayu sepoi semilir menggelitik raga
membuat rangkulan sendiri dalam hela
kembali ku hampiri singgasana
pertanda mulai tapa sunyi beribu mantra
membelai wajah dengan rona
tersenyum mesra memandang jelata
bayu sepoi semilir menggelitik raga
membuat rangkulan sendiri dalam hela
kembali ku hampiri singgasana
pertanda mulai tapa sunyi beribu mantra
KUJEMUR SEGALA DUKA
Seperti juga aku
Masih seperti malam yang lalu
Membaca syair bersuluh kunangkunang
Angin dingin memaksaku berkalikali
Membunuh rindu
Bilamana matamu menetesi sukmaku
Maka bergegas menengok awan
Sebisabisanya kutengadahi langit
Adakah walau sebiji bintang ?
Syair membasah di jelagamalam
Untai demi untai kujemur di ayatayat zikir
Kujemur segala duka
Masih seperti malam yang lalu
Membaca syair bersuluh kunangkunang
Angin dingin memaksaku berkalikali
Membunuh rindu
Bilamana matamu menetesi sukmaku
Maka bergegas menengok awan
Sebisabisanya kutengadahi langit
Adakah walau sebiji bintang ?
Syair membasah di jelagamalam
Untai demi untai kujemur di ayatayat zikir
Kujemur segala duka
KEMARAU DIAM
rumput kering
tanah di persimpangan jalan
burung-burung bersedu-sedan
“kemarau kapankah berganti”
tanah di persimpangan jalan
burung-burung bersedu-sedan
“kemarau kapankah berganti”
AKU DIAM
menunggu di tepian,,,
Memandang lautan,,
Menulis kisah,,
Asmara dalam bayangan,,
Aku diam,,
Memandang lautan,,
Menulis kisah,,
Asmara dalam bayangan,,
Aku diam,,
RINDU
Detak lingkaran waktu
memasung kepala setengah berputar
seirama getar dawai gitar,
serupa lambai daunan pantai
meminang badai
membelai mata yang menjelma
jadi rindu pada sekian waktu.
Apakabar Esok Pagi..??
Adakah kata ''ku rindu kamu''
menyambang
memasung kepala setengah berputar
seirama getar dawai gitar,
serupa lambai daunan pantai
meminang badai
membelai mata yang menjelma
jadi rindu pada sekian waktu.
Apakabar Esok Pagi..??
Adakah kata ''ku rindu kamu''
menyambang
UNTUKMU
jemarimu meliuk menyentil kata
mencoba rajuk merayu merenda bahasa
di kuncup bunga kau paksa mekar
tuk memahami racauan mu yang meliar
itu bukan kau
karna kau bukan perayu kata
lekuk tata bahasa mu pun tak meliar
semua berawal dengan nalar
kau rengkuh aku
yang terhempas nyata syair balada
di batas cakarawala jelang malam
kau gunakan indera keenam
dialog bathin rasa hati
kini sedang kau larikkan sajak ini
kata bahasa mantra membait
seraya menyulam warna pelangi
di pendaran kecemasanmu
dan bersama kita kidungkan bahasa puitis ini
dari secarik menjadi berlembaran puisi
agar terkenang, tertulis
Dalam sejarah hatiku
mencoba rajuk merayu merenda bahasa
di kuncup bunga kau paksa mekar
tuk memahami racauan mu yang meliar
itu bukan kau
karna kau bukan perayu kata
lekuk tata bahasa mu pun tak meliar
semua berawal dengan nalar
kau rengkuh aku
yang terhempas nyata syair balada
di batas cakarawala jelang malam
kau gunakan indera keenam
dialog bathin rasa hati
kini sedang kau larikkan sajak ini
kata bahasa mantra membait
seraya menyulam warna pelangi
di pendaran kecemasanmu
dan bersama kita kidungkan bahasa puitis ini
dari secarik menjadi berlembaran puisi
agar terkenang, tertulis
Dalam sejarah hatiku
KEMBALIKAN MIMPIKU
Aku cuma seorang pemimpi
Yang terus bermimpi akan banyak hal
Tapi akhir akhir ini mimpi mimpi yg sering kali datang itu bercerita tentang kehilangan, kesakitan dan kesendirian..
Aku mau mimpi mimpi berwarna itu datang lagi
Bukan cuma hitam dan pekat yang selalu menghampiri tidurku
Kembalikan mimpi-mimpiku..!!
Yang terus bermimpi akan banyak hal
Tapi akhir akhir ini mimpi mimpi yg sering kali datang itu bercerita tentang kehilangan, kesakitan dan kesendirian..
Aku mau mimpi mimpi berwarna itu datang lagi
Bukan cuma hitam dan pekat yang selalu menghampiri tidurku
Kembalikan mimpi-mimpiku..!!
HATI
Masih ada dalam ingatan
Tatapan mata itu
Sendu...
Tertunduk..
Setitik bening kristal putih menitik
Tanyakan laraku
Mencoba pahami pedih hatinya
Galau resah jiwanya
Benarkah kau milikku ?
Kristal putih itu mengalir lagi
Tanpa nada. tanpa suara
Kau sungguh berduka
Ingin ku mengerti galau hatimu
Tapi hatiku kian menjauh
Ada apa dengan ku ..??
Ku lihat mata itu..
Mengharap...
Segenggam asa yang kurampas paksa
Apakah aku sungguh tega..??
Mengingat tatapan mata itu,.
Ingin rasanya kupeluk dirimu
Mengucapkan sepatah kata tulus
Kau selalu ada di hatiku
Meski ragaku tlah pergi jauh
Tatapan mata itu
Sendu...
Tertunduk..
Setitik bening kristal putih menitik
Tanyakan laraku
Mencoba pahami pedih hatinya
Galau resah jiwanya
Benarkah kau milikku ?
Kristal putih itu mengalir lagi
Tanpa nada. tanpa suara
Kau sungguh berduka
Ingin ku mengerti galau hatimu
Tapi hatiku kian menjauh
Ada apa dengan ku ..??
Ku lihat mata itu..
Mengharap...
Segenggam asa yang kurampas paksa
Apakah aku sungguh tega..??
Mengingat tatapan mata itu,.
Ingin rasanya kupeluk dirimu
Mengucapkan sepatah kata tulus
Kau selalu ada di hatiku
Meski ragaku tlah pergi jauh
BADAI KEANGKUHAN
badai di hatiku hempaskan lenaku
menghantam sudutnya hingga porak-poranda
meluluhlantakkan rindu hingga tak sempat berbuah cinta
meretakkan dinding-dinding hati
di mana di sana kuukir indah wajahmu
badai di hatiku kian menggelora
ketika petikan gitarku tak mampu mengiringi sayatan gemulai biolamu
ketika detik yang terketik untuk syairku terdengar picisan oleh senandungmu
aku melupakan diri
terdengar desah angin lembah
membisikkan getar-getar gairah
api kecintaan untuk dirimu
tergeletak dalam layu dan sosok gersang
terkulai dalam lagu dan kata usang
badai di hatiku hancurkan jiwaku
luruhkan teguhnya hingga erosi
mengikis yakinnya hingga abrasi
aku bersenandung dalam bingung
dengan tembang liriknya bimbang
inilah aku dalam ke akuanku
Keangkuhanku
menghantam sudutnya hingga porak-poranda
meluluhlantakkan rindu hingga tak sempat berbuah cinta
meretakkan dinding-dinding hati
di mana di sana kuukir indah wajahmu
badai di hatiku kian menggelora
ketika petikan gitarku tak mampu mengiringi sayatan gemulai biolamu
ketika detik yang terketik untuk syairku terdengar picisan oleh senandungmu
aku melupakan diri
terdengar desah angin lembah
membisikkan getar-getar gairah
api kecintaan untuk dirimu
tergeletak dalam layu dan sosok gersang
terkulai dalam lagu dan kata usang
badai di hatiku hancurkan jiwaku
luruhkan teguhnya hingga erosi
mengikis yakinnya hingga abrasi
aku bersenandung dalam bingung
dengan tembang liriknya bimbang
inilah aku dalam ke akuanku
Keangkuhanku
PUISI KERANDA MATI
puisiku terbakar sinar mentari
mencuapkan asap, kabut
memancar ke segala arah
puisiku tinggal nama,judulpun
dihiraukan tidak, dibaca tidak
piuisiku terbakar seiring tanah
mengering dan retak
daudaun kering berhamburan, hilang
tanpa jejak sementara tangisku masih pecah
terisak
puisiku berserakan
seperti daun kering tak berharga
kata tak dimaknai
cerca menyirami
puisiku terbakar seiring curiga
mengerandakan hatiku
mencuapkan asap, kabut
memancar ke segala arah
puisiku tinggal nama,judulpun
dihiraukan tidak, dibaca tidak
piuisiku terbakar seiring tanah
mengering dan retak
daudaun kering berhamburan, hilang
tanpa jejak sementara tangisku masih pecah
terisak
puisiku berserakan
seperti daun kering tak berharga
kata tak dimaknai
cerca menyirami
puisiku terbakar seiring curiga
mengerandakan hatiku
MALAM ITU....KAMU
MALAM ITU....KAMU!!
Aku hanya ingin berlindung kepada malam
Sembunyi dari bayang yang tersisa pada temaram
Aku akan selalu tenggelam kedalam pelukan malam
Hingga aku terbuai di sunyinya yang membena
Izinkan malam hilang di kabut kelam
Saat obrolan rembulan turun dan tak berkawan
Peluklah malam
Erat
Peluklah malam
Kencang
Ia tak akan kembali kedua kali
Bahkan saat sunyi terbenam
Dan malam itu adalah kau
Yang tak sempat aku sentuh
Aku hanya ingin berlindung kepada malam
Sembunyi dari bayang yang tersisa pada temaram
Aku akan selalu tenggelam kedalam pelukan malam
Hingga aku terbuai di sunyinya yang membena
Izinkan malam hilang di kabut kelam
Saat obrolan rembulan turun dan tak berkawan
Peluklah malam
Erat
Peluklah malam
Kencang
Ia tak akan kembali kedua kali
Bahkan saat sunyi terbenam
Dan malam itu adalah kau
Yang tak sempat aku sentuh
Langganan:
Postingan (Atom)